Agama sangat
berpengaruh, itulah sebabnya mengapa negara Barat lebih maju sedangkan negara
muslim tidak maju, karena para penduduk Barat meninggalkan ajaran agamanya
sedangkan negara-negara muslim pun juga meninggalkan agamanya, saat masyarakat
Barat meninggalkan ajaran agamanya (kristen, dll) dan tanpa mereka sadari
mereka menjalankan sistem syariah islam (sistem yang diciptakan Allah untuk
manusia), sedang negara muslim yang ajarannya agamanya yang panduan hidupnya
berdasarkan Al-qur’an dan hadist ditinggalkan dan berkeras menolak syariah
islam dalam kehidupan bernegaranya dan beralih kepada aturan sistem hidup
ciptaan manusia (demokrasi, monarki dll) dari sini kita sudah bisa melihat
sebab utama kemunduran negara-negara muslim disebabkan karena umat muslim
sendiri.
Mengapa akhlak islam itu dipakai oleh
orang non islam, ternyata terbuktilah bahwa islam rahmat bagi seluruh alam,
ajarannya applicable untuk seluruh umat. Kita harus terus belajar dan melihat
dunia, apa yang salah dengan negara kita, kita lakukan evaluasi dan perbaikan
mulai dari diri sendiri. Tak heran mengapa para Nabi diturunkan di daerah Arab,
mungkin ada kultur yang berbeda, yang saat itu jaman jahiliyah, mereka berilmu
tapi tidak berakhlak, maka Nabi diturunkan untuk menyempurnakan akhlak. “Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. ”(Ali Imran /
3 : 110)
Di Indonesia korupsi merajalela,
narkotika menjadi ‘biasa’ dengan hukuman yang bisa dinegosiasikan. Tatanan
hukum yang memihak kepada yang mampu, bahkan yang bersalah pun bisa tetap
bergaya dan tertawa dalam ‘jeruji’ besi. Lalu praktek-praktek hedonisme (pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi
adalah tujuan utama hidup) memamerkan kemewahan bahkan dari mereka yang
notabenenya dianggap sebagai guru spiritual atau pencerah jiwa. Selain itu juga
perilaku buang sampah sembarangan. Belum lagi urusan lalu lintasan, juga
sinetron yang tidak mendidik. Lalu dari mana kita bisa memulai memperbaiki
attitude masyarakat Indonesia.
Hossein
Askari, seorang guru besar politik dan bisnis internasional di Universitas
George Washington, AS, melakukan sebuah studi yang unik. Askari melakukan studi untuk mengetahui di negara manakah di
dunia ini nilai-nilai Islam paling banyak diaplikasikan. Hasil penelitian
Askari yang meliputi 208 negara itu ternyata sangat mengejutkan karena tidak
satu pun negara Islam menduduki peringkat 25 besar.
Dari studi itu, Askari mendapatkan Irlandia, Denmark, Luksemburg, dan Selandia Baru sebagai negara lima besar yang paling Islami di dunia. Negara-negara lain yang menurut Askari justru menerapkan ajalan Islam paling nyata adalah Swedia, Singapura, Finlandia, Norwegia, dan Belgia. Dalam melakukan penelitiannya, Askari mencoba membandingkan idealisme Islam dalam hal pencapaian ekonomi, pemerintahan, hak rakyat dan hak politik, serta hubungan internasional. Hasil penelitian Profesor Askari dan Profesor Scheherazade S Rehman ini dipublikasikan dalam Global Economy Journal.
How Islamic are Islamic Countries?
Katanya Arab Saudi no 134 dan Indonesia no 140. Sedangkan no 1-nya adalah New
Zaeland, dan 20 peringkat pertama hampir semuanya diisi oleh negara Barat/Eropa
seperti Kanada, Australia, Belanda, dll. Sebelum tiba-tiba merasa rendah diri,
mestilah kita (umat Islam) memeriksa apa yang dimaksud dengan “being Islamic”.
Di dalam penelitian itu “being Islamic” itu diukur dengan apa yang disebut
dengan Islamicity Index. Ternyata Islamicity Index ini hampir semua indikatornya adalah segala hal yang baik menurut Barat yang jauh sekali hubungannya dengan Islam. Contohnya seperti Gender Equality Index, Non Discriminatory Indicators, Labor Market Indicator, dan seterusnya (indikatornya cukup banyak). Bahkan lucunya sampai ada indikator perbandingan anak laki-laki dan perempuan di sekolah dasar dan menengah.
dengan Islamicity Index. Ternyata Islamicity Index ini hampir semua indikatornya adalah segala hal yang baik menurut Barat yang jauh sekali hubungannya dengan Islam. Contohnya seperti Gender Equality Index, Non Discriminatory Indicators, Labor Market Indicator, dan seterusnya (indikatornya cukup banyak). Bahkan lucunya sampai ada indikator perbandingan anak laki-laki dan perempuan di sekolah dasar dan menengah.
Dulu ada disebutkan bahwa bangsa
Eropa dan Jepang lebih Islami daripada bangsa Muslim sendiri seperti Indonesia.
Alasannya di sana lebih bersih, tertib, lebih sejahtera (ekonomi), lebih
sedikit korupsi. Betul, lebih bersih tentu lebih Islami daripada yang kotor,
lebih sedikit korupsi memang lebih Islami dari yang banyak korupsi, dan
seterusnya. Tapi mengambil hal itu sebagai ukuran untuk menyebut bangsa Eropa
dan Jepang lebih lebih Islami adalah berlebihan karena kenyataannya: di sana
lebih banyak minuman keras di sana lebih banyak pelacuran, di sana lebih banyak
makanan tidak halal, di sana lebih sedikit pengajaran al-Qur’an, di sana tidak
ada pendidikan agama Islam di sekolah umum, di sana lebih banyak orang tua tunggal
karena tingginya perceraian di sana lebih banyak hubungan tidak harmonis orang
tua dan anak, di sana dilegalkan perkawinan homoseksual, di sana lebih banyak
perzinahan, di sana lebih banyak orang yang tidak percaya Tuhan bahkan
membenci-Nya, di sana lebih sedikit yang mengaku Muslim, di sana lebih sedikit
sunnah Nabi yang diamalkan, di sana lebih sedikit orang yang berjilbab, dan
lebih banyak yang nyaris telanjang, di sana lebih sedikit masjid di sana lebih
sedikit yang menegakkan shalat berjamaah dst.
Bukankah semua ini lebih pantas untuk
mengukur “How Islamic” itu? Jika indikator ini digunakan tentu hasilnya akan
jauh berbeda. Penelitian ini tidak lain adalah pembajakan terhadap Islam. Mereka
boleh saja membuat peringkat negara-negara paling sejahtera atau paling maju dengan
menggunakan indikator-indikator semacam itu, tapi bukan paling Islami. Umat Islam
semestinya tidak perlu terkecoh dengan penelitian semacam ini, kalau mereka memahami
Islam dengan baik. (wendy zarman: ketua
PIMPIN Bandung. Cabang dr INSISTS pusat di jkt. Organisasi penelitian di bidang
pemikiran dan peradaban islam).
Kurang
fair jika kita membandingkan kondisi sosial secara langsung antara Indonesia
misalnya dengan Irlandia yang secara ekonomi jauh lebih baik dan lalu hasil
perbandingannya dikaitkan ke agama. Maka, asumsinya adalah jika manusia
enak/perut kenyang gampang senyum dan beramahtamah, tapi apabila miskin dan
laper maka bawaannya survival.
Kita
tidak dapat mendefinisikan Islam dengan hanya melihat dari kehidupan sosial
atau Habluminannas tapi Habluminallah-nya
dilupakan.
Jika
ajaran dasar Islam yang dijadikan indikator dimaksud diambil dari Al Quran dan
hadis, dikelompokkan menjadi lima aspek:
-Pertama,
ajaran Islam mengenai hubungan seseorang dengan Tuhan dan hubungan sesama
manusia. Negara yanang disebut lebih islami (contoh: jepang) tentu tidak
menyembah tuhan yang di serukan Nabi Muhammad, dan tidak mengandung keislaman.
-Kedua,
sistem ekonomi dan prinsip keadilan dalam politik serta kehidupan sosial.
Memungut pajak yang tinggi dan tidak mensubsidi masyarakat, apakah sistem yang islami?
Hak suara yang sama antara seorang Prof dan yang tidak mengenyam pendidikan, atau seorang Sarjana Teknik yang bekerja dengan pengemis dan copet, sepertinya tidak adil dan tidak islami.
Memungut pajak yang tinggi dan tidak mensubsidi masyarakat, apakah sistem yang islami?
Hak suara yang sama antara seorang Prof dan yang tidak mengenyam pendidikan, atau seorang Sarjana Teknik yang bekerja dengan pengemis dan copet, sepertinya tidak adil dan tidak islami.
-Ketiga,
sistem perundang-undangan dan pemerintahan. Seandainya keterwakilan wanita yang
jadi standar, maka Indonesia paling islami, karena banyak wanita diparlemen (UU
nya hrs 30%, bahkan ada yang ikutan korupsi, dan pernah presidennya wanita,
Amerika lebih 200 tahun tidak ada presidennya yang wanita, padahal Amerika
merupakan negara yang paling demokratis.
-Keempat, hak asasi manusia dan hak politik. Belanda (menjajah Indonesia), Inggris (menjajah India, Mesir, negara-negara Afrika), Jepang, Portugal, Francis (menjajah Aljazair, Marocco), Amerika menghancurkan banyak negara dan pemerintahnya sekaligus seperti: Afghanistan (mencari Osama, dan ternyata sudah meninggal, tapi belum angkat kaki juga), Irak (hancur lebur, senjata kimia tidak ditemukan). Kolonialisme baru: Shell, BP, Mobil Oil, Cevron, Vico, Freefort, dan tidak adanya hak masyarakat setempat.
-Kelima,
ajaran Islam berkaitan dengan hubungan internasional dan masyarakat non-Muslim.
Di
Eropa (Belanda), Australia, sangat menjaga lingkungan dengan meminimalisasi
pemakaian plastik, di australia membunuh seekor burung harus diganti dengan
harganya, sebagai denda, tapi pada kenyataannya mereka begitu mudah mengotori
negeri orang lain, membunuh anak-anak dan wanita yang tidak berdosa
(Afghanistan, Irak, Libia), mungkin kah nyawa manusia lebih murah dari seekor
burung.
Jka
kita kesimpulan, bahwa: Kehidupan sosial negara eropa dan yang lainnya lebih
baik dari Indonesia dan timur tengah, maka ‘’mengapa angka kematian akibat
bunuh diri begitu tinggi di jepang dan negara-negara eropa?’’.
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_tingkat_bunuh_diri
Padahal sistem pendidikan hebat, transportasi lancar, masyarakat ramah, fasilitas terjamin, jalan- jalan bersih tidak berbau pesing. (Dikorsel ada artis yang bunuh diri karena tidak tahan dengan komentar masyarakat). Mungkinkah mereka bunuh diri karena pajak yang tinggi? Atau sebenarnya masyarakatnya masih kurang ramah?
Padahal sistem pendidikan hebat, transportasi lancar, masyarakat ramah, fasilitas terjamin, jalan- jalan bersih tidak berbau pesing. (Dikorsel ada artis yang bunuh diri karena tidak tahan dengan komentar masyarakat). Mungkinkah mereka bunuh diri karena pajak yang tinggi? Atau sebenarnya masyarakatnya masih kurang ramah?
Jika kita membandingkan kota mekkah
yang merupakan kiblat umat islam seluruh dunia dengan kota seoul? tentu tidak
sebanding, salah satu contoh adalah masalah toilet tentu lebih sulit diatasi di
mekkah dibanding seoul. Saat jamaah sudah banyak yang pulang dan ke madinah
kota mekkah agak lengang dan kondisi toilet pun sungguh bersih. Salah satu
hadist : bila kita beribadah di tanah mekkah mukkarimah maka pahalanya 1000
kali lipat dari beribadah belahan didunia lainnya. Oleh karena itu seharusnya
hal seperti itu haruslah diikhlaskan karena apapun yang kita alami di mekkah
merupakan ujian dari Allah yang mendapat balasan berupa pahala 1000 kali lipat.
Selain itu kita juga perlu
membedakan antara
negara Islami dan negara Islam. Negara Islam adalah negara yang menerapkan
dasar hukum Islam sebagai landasannya. Tetapi Negara Islami adalah negara yang
bila dipandang dari dari sudut pandang Islam, maka negara itu masyarakatnya
seakan-akan menerapkan ‘kaidah’ Islam, tetapi belum tentu masyarakatnya
beragama Islam atau negaranya adalah negara Islam. Keduanya bisa sama, atau
bisa juga tidak. Artinya misalnya negara Islam bisa jadi negara Islami, tetapi
mungkin juga tidak, tergantung sifat masyarakat/pemerintahnya. Kuncinya adalah
kondisi sosial budaya dari masyarakatnya yang menentukan apakah negara tersebut
Islami atau tidak.
Negara-negara Barat sering menemukan
suatu fakta yang baru tentang berbagai hal, sebagai contoh : tidak baik minum
berdiri, tidak meniup makanan yang masih panas dll, yang dalam Islam sudah ada
di hadist. Bisa dikatakan negara Barat merefleksikan Islam walaupun sebenarnya
tidak tahu kalau itu merupakan ajaran Islam.
“Semakin berada di negara yang mayoritas
penduduknya non-muslim semakin dekatlah kita dengan Tuhan”. Negara-negara
tersebut yang ada di peringkat pertama atau kedua sedangkan Indonesia/Malaysia
ada diperingkat ratusan karena mereka merasa berada di negara yang mayoritas
muslim jadi tidak perlu harus sibuk bertengangrasa.